Cara Mudah Menghafal Al Quran
LI: Terkait upaya menghafal Quran, apa saran Anda?
A: Begini, kalau kita baca ayat Quran, tidak ada satu pun perintah menghafal Quran. Yang ada adalah ayat yang menyuruh kita untuk intens berinteraksi dengan Al Quran: faqra’uu maa tayassara minal Quran (Maka, bacalah apa yang mudah dari Al Quran – Al Muzammil: 20, red). Saya memaknai ayat ini, bahwa bila kita mengamalkan ayat ini, membaca Al Quran di bagian-bagian yang mudah bagi kita, lalu dibaca berulang-ulang, maka dengan sendirinya, kita akan bisa menghafal Quran. Jadi, menghafal Quran tidak boleh dilakukan dengan memaksa otak bekerja keras menghafal. Yang perlu dilakukan adalah berinteraksi dengan Quran sebanyak-banyaknya, maka insya Allah, dengan izin Allah, kita akan menghafal ayat itu.
Dalam bahasa Persia, istilahnya hifz syudan (menjadi hafal), bukan hifz kardan (menghafalkan dengan sengaja).
LI: Wah, apa bisa menghafal dengan “tidak menghafal”?
A: Saya sudah praktekkan, bisa. Saya juga coba mengajarkan hal ini ke berbagai pihak. Hasilnya sangat bagus. Banyak yang sudah mampu menjadi hafal dengan cara ini. Misalnya, ada seorang pelajar SMP yang datang kepada saya meminta diajari metode ini. Lalu, saya suruh anak itu membaca berulang-ulang ayat-ayat Al Quran tertentu. Saya saksikan sendiri, setelah dua jam, anak itu hafal empat halaman Al Quran.
LI: Bisakah diperjelas lagi? Bagaimana dengan anak-anak kecil? Bukankah di sekolah-sekolah Islam anak-anak disuruh menghafal Quran?
A: Begini, ini berkaitan dengan metode. Jangan sampai metode mencegah kita mencapai tujuan. Tujuan kita menghafal Quran adalah supaya Quran menjadi petunjuk bagi kita dalam menjalani hidup. Karena itu, yang penting dilakukan untuk anak-anak adalah pembiasaan, membaca Quran bersama-sama, perdengarkan kaset tilawah, dongengkan tentang cerita-cerita dalam Quran, terangkan makna ayat-ayat Quran. Nah, melalui cara-cara ini, anak akan hafal dengan sendirinya sekaligus paham makna ayat.
Sebaliknya, jika anak-anak dipaksa menghafal dengan target-target tertentu, dikhawatirkan malah mereka akan sibuk dengan hafalan, bukan pada pemaknaan. Apalagi, kemampuan anak-anak berbeda-beda. Anak yang tidak berbakat menghafal akan terbebani. Padahal, Quran menyuruh kita untuk ‘bacalah yang mudah…’ bukan membebani diri.
Selain itu perlu diingat, menghafal Quran itu ada banyak model. Tidak melulu hafal secara berurutan semua ayat. Bisa saja anak menghafal ayat-ayat Quran yang sesuai minatnya, misalnya khusus ayat-ayat tentang akhlak. Jadi, prosesnya, anak diajak mengulang-ulang ayat-ayat yang dia minati, tanpa dibebani menghafal. Insya Allah, dia akan hafal dengan sendirinya.
Penting diperhatikan, pemaknaan (pemahaman) Quran harus diutamakan. Jangan sampai kita bekerja keras menghafal Quran, tetapi pemaknaan dan pengamalan terabaikan. Apa gunanya hafal Quran, tetapi akhlaknya tidak Qurani?
LI: Ada metode isyarah yang dikembangkan Tabatabai. Bagaimana pendapat Anda?
A: Kalau metode itu diposisikan sebagai upaya membuat anak-anak senang membaca Quran tentu saja bagus. Quran harus diajarkan dengan cara menyenangkan, bukan membebani, kepada anak-anak.
LI: Dengan cara ini, berapa lama seorang bisa hafal Quran?
A: Bergantung tingkat kecerdasannya. Tapi yang penting di sini adalah konsistensi dan ketulusan niat.
LI: Tapi, berdasarkan pengalaman Anda, mungkin ada rata-rata waktu yang bisa ditempuh?
A: Pengalaman kami, jika kita konsisten membaca berulang-ulang Al Quran, dua kali dalam sehari saja, yaitu pagi sejam dan sore/malam sejam, itu akan membuat kita mencapai kemajuan sangat banyak dalam menghafal Quran. Bagi orang yang cukup cerdas, proses menjadi hafal ini bisa ditempuh dalam jangka waktu sembilan bulan. Bahkan, pernah saya temui, ada orang yang sangat cerdas, dia bisa menghafal Quran hanya dalam tempo 29 hari.(dw/by/fs/liputanislam.com)
LI: Terkait upaya menghafal Quran, apa saran Anda?
A: Begini, kalau kita baca ayat Quran, tidak ada satu pun perintah menghafal Quran. Yang ada adalah ayat yang menyuruh kita untuk intens berinteraksi dengan Al Quran: faqra’uu maa tayassara minal Quran (Maka, bacalah apa yang mudah dari Al Quran – Al Muzammil: 20, red). Saya memaknai ayat ini, bahwa bila kita mengamalkan ayat ini, membaca Al Quran di bagian-bagian yang mudah bagi kita, lalu dibaca berulang-ulang, maka dengan sendirinya, kita akan bisa menghafal Quran. Jadi, menghafal Quran tidak boleh dilakukan dengan memaksa otak bekerja keras menghafal. Yang perlu dilakukan adalah berinteraksi dengan Quran sebanyak-banyaknya, maka insya Allah, dengan izin Allah, kita akan menghafal ayat itu.
Dalam bahasa Persia, istilahnya hifz syudan (menjadi hafal), bukan hifz kardan (menghafalkan dengan sengaja).
LI: Wah, apa bisa menghafal dengan “tidak menghafal”?
A: Saya sudah praktekkan, bisa. Saya juga coba mengajarkan hal ini ke berbagai pihak. Hasilnya sangat bagus. Banyak yang sudah mampu menjadi hafal dengan cara ini. Misalnya, ada seorang pelajar SMP yang datang kepada saya meminta diajari metode ini. Lalu, saya suruh anak itu membaca berulang-ulang ayat-ayat Al Quran tertentu. Saya saksikan sendiri, setelah dua jam, anak itu hafal empat halaman Al Quran.
LI: Bisakah diperjelas lagi? Bagaimana dengan anak-anak kecil? Bukankah di sekolah-sekolah Islam anak-anak disuruh menghafal Quran?
A: Begini, ini berkaitan dengan metode. Jangan sampai metode mencegah kita mencapai tujuan. Tujuan kita menghafal Quran adalah supaya Quran menjadi petunjuk bagi kita dalam menjalani hidup. Karena itu, yang penting dilakukan untuk anak-anak adalah pembiasaan, membaca Quran bersama-sama, perdengarkan kaset tilawah, dongengkan tentang cerita-cerita dalam Quran, terangkan makna ayat-ayat Quran. Nah, melalui cara-cara ini, anak akan hafal dengan sendirinya sekaligus paham makna ayat.
Sebaliknya, jika anak-anak dipaksa menghafal dengan target-target tertentu, dikhawatirkan malah mereka akan sibuk dengan hafalan, bukan pada pemaknaan. Apalagi, kemampuan anak-anak berbeda-beda. Anak yang tidak berbakat menghafal akan terbebani. Padahal, Quran menyuruh kita untuk ‘bacalah yang mudah…’ bukan membebani diri.
Selain itu perlu diingat, menghafal Quran itu ada banyak model. Tidak melulu hafal secara berurutan semua ayat. Bisa saja anak menghafal ayat-ayat Quran yang sesuai minatnya, misalnya khusus ayat-ayat tentang akhlak. Jadi, prosesnya, anak diajak mengulang-ulang ayat-ayat yang dia minati, tanpa dibebani menghafal. Insya Allah, dia akan hafal dengan sendirinya.
Penting diperhatikan, pemaknaan (pemahaman) Quran harus diutamakan. Jangan sampai kita bekerja keras menghafal Quran, tetapi pemaknaan dan pengamalan terabaikan. Apa gunanya hafal Quran, tetapi akhlaknya tidak Qurani?
LI: Ada metode isyarah yang dikembangkan Tabatabai. Bagaimana pendapat Anda?
A: Kalau metode itu diposisikan sebagai upaya membuat anak-anak senang membaca Quran tentu saja bagus. Quran harus diajarkan dengan cara menyenangkan, bukan membebani, kepada anak-anak.
LI: Dengan cara ini, berapa lama seorang bisa hafal Quran?
A: Bergantung tingkat kecerdasannya. Tapi yang penting di sini adalah konsistensi dan ketulusan niat.
LI: Tapi, berdasarkan pengalaman Anda, mungkin ada rata-rata waktu yang bisa ditempuh?
A: Pengalaman kami, jika kita konsisten membaca berulang-ulang Al Quran, dua kali dalam sehari saja, yaitu pagi sejam dan sore/malam sejam, itu akan membuat kita mencapai kemajuan sangat banyak dalam menghafal Quran. Bagi orang yang cukup cerdas, proses menjadi hafal ini bisa ditempuh dalam jangka waktu sembilan bulan. Bahkan, pernah saya temui, ada orang yang sangat cerdas, dia bisa menghafal Quran hanya dalam tempo 29 hari.(dw/by/fs/liputanislam.com)
Comments
Post a Comment